Highlights

Siapa Rahwana ?

Lumajangcare.com – Dia adalah raja Alengkadireja yang lebih dikenal sebagai penguasa kegelapan. Semua hal buruk selalu dinisbatkan kepadanya. Bahkan semenjak lahir pun sudah dianggap sebagai anak haram, hasil hubungan yang tidak dikehendaki antara Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi. Wajahnya tak terhitung jumlahnya, berserakan tak beraturan. Sama sekali tak nampak indah di mata orang kebanyakan. Kelakuannya pun bisa dibilang kurang ajar, yaitu menculik istri orang selama bertahun-tahun. Sungguh tak elok dan tidak sesuai dengan tata laku kesopanan secara umum.
Kredo yang sudah mendarah daging ini mungkin benar bahwa: Rahwana adalah Penjahat dan Rama adalah pahlawannya. Namun dalam urusan cinta, sekali lagi hanya sebatas dalam urusan cinta, kredo tersebut mungkin bisa diperdebatkan.

Sifat manusiawi
Pada dasarnya semua orang punya dua sisi (tidak ada yang sepenuhnya hitam, tidak ada yang sepenuhnya putih), coba sekarang kita melihat dari sisi Rahwana atau dari sisi orang lain yang kita tak bisa melihatnya.

apapun kata orang tentang dirinya dan kedua orangtuanya, Rahwana tidak pernah ambil pusing. Dia mengenal betul siapa ayah dan ibunya dan meyakini bahwa mereka telah dijebak oleh para dewa yang sering berlaku licik, sehingga tumbuhlah benih yang mewujud dirinya. Toh, walaupun dikenal sebagai penguasa kegelapan, Rahwana mampu membawa negeri peninggalan kakeknya, Prabu Sumali, menjadi negeri yang makmur, aman, dan sejahtera. Bahkan semenjak usia 15 tahun dia telah menguasai ilmu Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu yang diwarisi dari sang ayah. Sebuah ilmu langka dan rahasia, konon hanya para dewa lah yang boleh tahu tentang ilmu tersebut. Dalam sebuah epik diceritakan, Rahwana hanya mencintai satu wanita, Dewi Setyawati namanya. Hingga kemudian sang dewi meninggal dan kemudian menitis ke dewi Sinta. Rasa di hati Rahwana selalu tersimpan utuh. Hingga akhirnya sang waktu mempertemukannya dengan Sinta, yang sayangnya sudah menjadi istri Rama, raja Ayodya, karena memenangi sayembara di kerajaan Mantili.

Melihat cinta sejatinya sudah menjadi milik orang lain, Rahwana tinggap punya dua pilihan:

  1. merelakannya atau
  2. merebutnya dari Prabu Rama Wijaya dengan taruhan apa pun, bahkan nyawa.
    Dan, Rahwana memilih pilihan kedua.

Romansa Rahwana
Setelah berhasil menculik sinta dari tangan Rama Wijaya,
Rahwana tidak langsung menjamah atau menyekapnya, melainkan menempatkan Dewi Sinta di taman Argasoka. Konon taman Argasoka ini merupakan replika dari keindahan surga yang ada di kahyangan. Selama bertahun tahun Shinta dimuliakan di taman ini, tanpa dijamah sedikitpun apalagi disakiti oleh Rahwana.
Setiap hari, selama bertahun-tahun Rahwana datang untuk menyatakan cinta kepada Shinta secara sopan, setiap hari pula hatinya remuk redam mendengar penolakan Shinta.

Walaupun begitu tak sedikitpun sikap Rahwana berubah, cintanya terlalu tulus kepada istri penguasa negeri Ayodya tersebut. Dan walaupun tak henti-hentinya menolak tawaran Rahwana, diam-diam Shinta mengagumi kegigihan hati Rahwana sekaligus mempertanyakan sang suami yang tak kunjung menyelamatkannya.

Apa yg dilakukan oleh sang Dasamuka? Menunggu. Menunggu adalah cara terbaik agar sang dewi tak terluka hatinya, agar sang dewi mencintainya sepenuh hati. Suatu saat nanti, entah kapan.. ”pikir Rahwana

Padahal dia tahu benar bahwa titisan Dewi Setyawati itu terlahir begitu setia pada suaminya. Apa yang datang dari hati, pasti sampai ke hati ketulusannya dan ini pelan-pelan dirasakan oleh Sinta. Selama dirinya di Alengka, Rahwana berubah menjadi baik dan murah senyum sehingga mengubah suasana kerajaan menjadi baik pula dan penuh kedamaian, diam-diam Shinta mengagumi kegigihan hati Rahwana sekaligus mempertanyakan sang suami yang tak kunjung menyelamatkannya. Bertahun tahun lamanya… kenapa Rama tak kunjung juga menyelamatkannya?
Apakah suaminya sudah tak mencintainya lagi?.

Duhai wanita terkasih, engkaulah satu-satunya wanita yang terpatri di tulang dan tercetak di jantung. Aku siap mati untukmu,” kata Rahwana penuh harap kepada Sinta. Kegetiran hati Shinta mencapai puncaknya tatkala dia hanya mampu menolak tawaran Rahwana. Sintapun menjawab, “Jujur.

Aku sebenarnya juga mencintaimu. Kau selalu memperlakukanku dengan baik. Tapi.. aku juga tak mau menghianati cinta suamiku. Jika kamu mencintaiku, tolong relakanlah aku dan kembalikanlah aku kepada suamiku.”

Sejenak hening tanpa kata dan tanpa suara. Bahkan air matanya sempat menitik tatkala mendengar suara raungan yang menggelegar ke seantero Alengkadireja. Suara kekecewaan dan ungkapan cinta tak berbalas dari seorang raksasa yang penuh cinta.

Hati wanita mana yang tak luluh mendengar pengakuan jujur dari seorang lelaki yang begitu ksatria dalam mengungkapkan cintanya, tak ada malu ataupun merasa rendah. Shinta berusaha menutup telinganya, tapi percuma. Kata-kata Rahwana tersebut tidak meluncur ke telinganya, melainkan langsung menghujam ke jantungnya. Barangkali kini Shinta telah terjebak di wilayah yang sangat genting antara perasaan terdalamnya dan nilai-nilai moral serta kesetiaan yang mengikat dirinya sebagai wanita bersuami.

Kata-kata Sinta tadi ibarat mantra yang menyihir Rahwana. Sebab, selama hidupnya, hanya kata-kata itulah yang dinanti.

Baik, jika itu maumu, sebagai ksatria, aku akan berduel satu lawan satu dengan Rama. Jika dia bisa mengalahkanku, maka aku akan mengembalikanmu kepadanya,” tegas Rahwana.

Ketika Rama datang dengan balatentara wanara bersama hanoman, dengan gagah berani Rahwana menyambutnya. Dan berteriak sangat lantang:
“Aku mencintai Sinta, Rama! Aku akan melakukan apa pun untuknya. Aku benar-benar mencintainya, bkn sepertimu yang menikahinya hanha krn berhasil memenangkan sayembara. Semua perbuatanku yang kau sebut ‘mengacau’ sebenarnya adalah usahaku dalam rangka mendapatkan kembali Sinta.”

Dan akhirnya, lakon Rahwana sebagai penguasa kegelapan memang harus berakhir. Dengan bantuan dari pasukan kera Anoman dan penghianatan Gunawan Wibisana yang merupakan adik kandung Rahwana, Prabu Ramawijaya berhasil mengalahkan negeri Alengkadireja dalam peperangan brubuh.

Sang Dasamuka sendiri harus kembali kepada Sang Penciptanya dengan diantar oleh panah Guhywawijaya, senjata pamungkas milik Prabu Rama. Setelah akhirnya berhasil mengalahkan Rahwana dan membunuhnya.

Sinta yang cantik pun kembali jadi miliknya. Sinta senang bukan kepalang. Dia lari menghambur ke pelukan Rama. Namun, sambutan Rama justru mengagetkannya. Rama curiga, jangan-jangan Sinta telah dinodai Rahwana.

Berkali-kali Sinta menjelaskan bahwa dirinya masih suci. Rahwana tidak sekali pun pernah menyentuhnya. Tapi Rama tak juga percaya.
Hingga akhirnya, Sinta nekat membuktikan kesuciannya dengan menceburkan diri ke bara api. Karena dia masih suci, api tak bisa membunuhnya. Barulah setelah itu Rama baru mau menerimanya kembali.

Tinggal kemudian sukma Rahwana yang menangis sejadinya karena nestapa cinta. Kenapa takdir tidak memilihnya? Andai dia ikut perlombaan di Kerajaan Mantili, niscaya Sinta menjadi miliknya. Pasalnya, kesaktian Rama masih jauh di bawahnya. Kenapa pula Sinta memilih pria yang tidak mempercayainya 100 persen?

Sementara bagi Rahwana, Sinta ternoda atau tidak, dia tetap akan mencintainya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *